Kicauan burung di dahan kering bernisan sepi memisahkan pelukan kita..
Sebenarnya ini bukan mauku, mauku kita saling memeluk hingga nisan menjadi jarak yang paling dekat memisahkan kita..
Ah, lagi-lagi kebijakan Tuhan turut serta dalam kebahagiaanku, Ia tak
membolehkan hamba yang tak berdaya ini begitu sangat terlarut dalam
bahagia..
Tubuh yang terbalut rindu ini masih tetap berbaring, rasa malas telah
mendewa pada kedua kakiku, tak sedikitpun ingin beranjak dari tempat
empuk ini, sepasang mata dan sebuah senyum tak sengaja terlukis di
langit-langit kamar..
Jantung berdetak cepat, memompa sel-sel darah yang bertuliskan namamu mengalir ke seluruh penjuru tubuh..
Masih terkaget akan peluk mesra cinta diam-diam, di dalam alam ketidakmungkinan..
Otak mencoba mengumpulkan serpihan kepingan ingatan peluk yang terpecah..
Terpecah, dikagetkan oleh waktu yang memutar jarumnya pada arah yang menggetak..
Aku ingin mengingat semua dirimu dalam cerita singkat yang begitu menyenangkan sekaligus menyedihkan tadi dengan sempurna..
Senyummu, senyum yang melukiskan kebahagian nyata dalam semesta mimpi,
kerut dahimu yang menggaris penuh cerita misteri, halus tanganmu yang
sehalus sayap-sayap merpati putih, desah nafasmu, matamu yang
berkaca-kaca, sedikit air kebahagiaan di kelopak matamu dan dekap
sayap-sayap patahmu.
Dirimu dalam cerita singkat malamku ini akan aku gambar di dalam sebuah
buku bersampul jingga merah dan dengan sedikit tulisan di bawah gambar,
tulisan bergaris bawah dengan tinta merah. Aku simpan buku ini di laci
ingatan paling luar, agar aku dengan mudah untuk menemukannya..
kuintip langit dari jendela kamar, jendela yang pernah menjadi kertas
dan jariku menjadi penanya dengan menuliskan namamu, di saat hujan
mengetuk pintu kenangan..
Bintang-bintang tak lagi mengedip genit..
bulan enggan tenggelam, ia tetap berada di tengah langit yang membiru gelap namun tak begitu menyinar..
Embun masih suci oleh karena rindu tanpa kata..
Rumput-rumput masih terpenuhi oleh tetes-tetes rindu para pemilik cinta dalam diam..
Matahari masih enggan untuk merusak mimpi para pemimpi dengan jemari-jemari hangatnya..
"Inilah pagi yang sekarat, ketika Tuhan menyuruh sekawanan burung
menyanyikan sebuah lagu dengan nada tak berirama untuk membangunkanku
dan membiarkan kedua bola mataku hanya melihat sosokmu dalam mimpi bukan
pada kenyataan ketika aku terbangun dari mimpi.."
Tak ada yang tersisa dari mimpi indah ini, selain kenangan yang
mengepak-ngepak laksana sayap-sayap yang tak tampak di sekelilingku.
“Kamu adalah Kebahagiaan Nyata yang hanya Aku bisa rasakan dalam MIMPI"
0 komentar:
Post a Comment